Subscribe News Feed Subscribe Comments

‘eVo’, Rock ‘n Roll yang Bergaya New Wave

‘eVo’ sendiri berasal dari kata ‘evolusi’, yang juga dapat diartikan sebagai ‘evolusi musik rock Indonesia’. ‘eVo’ yang ini bisa dikatakan spesial. Karena, ia terlahir dari kumpulan lima personil yang notabene telah menorehkan prestasinya di peta musik Indonesia.

Dan, ditambah seorang vokalis jelita yang diperoleh dari hasil audisi sebuah program tayangan reality show Reinkarnasi yang mengudara di kanal sebuah stasiun TV swasta nasional di Indonesia. Anak-anak muda ini berasal dari karakter yang berbeda-beda dan membebaskan diri dari segala aturan. Mereka mencoba merangkum, menyatukan, mengawinkan segenap elemen musik rock yang ada.

Di self-titled debut albumnya, ‘eVo’ mencoba untuk tidak terpatok pada genre musik apapun. Kebebasan yang dibungkus dengan bebunyian masa kini menghasilkan sound rock ‘n roll yang rapi dan manis, sedikit nyeleneh dan entertaining !

“Background musik ‘eVo’ beragam, jadi bisa dibilang tiap personil punya wawasan yang berbeda mengenai musik itu bagus juga, kalau disatukan,” ujar Didiet yang sebelumnya dikenal sebagai gitaris dan motor grup alternatif-rock Plastik ini, saat berlangsungnya konferensi pers peluncuran album terbaru ‘eVo’ di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dimulai dengan senandung instrumentalia dalam ‘Prelude’ yang merupakan opening song album ini, kemudian ‘Agresif’ merupakan theme song Reinkarnasi yang dipermak lebih manis dan menyesuaikan karakter sang vokalis baru temuannya untuk album ini. Kemudian, ada juga lagu ‘Dia dan Aku’ dan ‘Telah Berlalu’ yang merupakan dua lagu karya Elda sang vokalis. Nikmati juga, lagu-lagu lainnya, seperti : ‘Amalia’, ‘Evolution’, ‘Space Bound’ yang bernuansa electro-music, ‘Takkan Lagi’, ‘Stop’, ‘Kepala Batu’ yang nge-rock dan bercerita tentang perlunya keep on moving dalam hidup ini.

History of ‘eVo’
Awal lahirnya ‘eVo’, ketika Adnil bersama empat personil ‘eVo’ lainnya, yang bernaung di bawah management POS entertainment pimpinan Dhani Pete membuka sayembara mencari seorang vokalis lewat sebuah acara reality show. Setelah melalui beberapa seleksi, terpilihlah Elda.

Lewat alunan vokal Elda yang rada unik, dibalut petikan gitar khas Adnil (ex Base Jam), cabikan permainan bass gaya Erwin (ex Dewa), dan gebukan drum Ronald (ex Dr.PM), ‘eVo’ menyajikan warna baru musik anak muda yang dinamis, kreatif dan berani unjuk beda!

Untuk pembuatan albumnya sendiri, memakan waktu sekitar 1,5 bulan. Dimulai dari workshop di rumah Angga (untuk pembuatan materi lagu), kemudian dikerjakan di 2 studio di Jakarta.

“Saat membuat lagu, masing-masing dari kami sudah membuat lagunya dalam bentuk sampling. Kemudian pas ngumpul bareng baru saling memasukkan instrumen sesuai kreatifitas masing-masing,” tutur Elda.

“Kita juga tidak membatasi yang lain. Mau memasukkan sound yang gimana, ya, yang lain dukung. Pokoknya, kerjasamanya dibikin seenak mungkin biar lebih maksimal,” tambah Adnil.

“’eVo’ adalah hidup kami yang baru, yang membuat kami kembali menemukan gairah untuk aktif berkreasi. Mengenai grup-grup sebelumnya, biarkanlah itu menjadi masa lalu. Kita buka buku baru bernama ‘eVo’ ini, dan marilah kita selami musik yang akan disajikan oleh ‘eVo’,” papar mereka serentak secara mantap.

The Members
1. Elda – vocalist
Gadis asal ‘Kota Gudeg’ Yogyakarta yang memiliki nama lengkap Elda Suryani ini, adalah satu-satunya personil wanita dalam band ‘eVo’. Sepanjang penjurian, Adnil cs merasa Elda cepat beradaptasi dengan lingkungan ‘eVo’ (salah satu point plus Elda). Dia dianggap sebagai The Next New-Female Rocker dengan vokalnya yang unik. Setelah memenangkan kompetisi Reinkarnasi, Elda pun diangkat resmi sebagai frontliner ‘eVo’. Ketika mengetahui kemenangannya, yang dirasakan Elda adalah kaget.

“Awalnya gue ikut acara ini juga, go for it aja. Nothing to loose. Tapi, pas tau kalo gue menang, jujur gue kaget! Senang juga sih, gue bersyukur. Walau awalnya, gue sempat takut. Takut keberadaan gue gak sesuai dengan harapan. Gue masih baru di dunia musik, dan gue akan bersanding dengan orang-orang yang lebih berpengalaman dalam industri musik,” ungkap Elda jujur.

2. Adnil – guitarist
Mantan personil Base Jam kelahiran Bogor, 6 Oktober 1977 ini, memulai karirnya di tahun 1996. Usai merilis 3 album bersama Base Jam, Adnil kemudian mencoba peruntungannya sebagai additional player beberapa musisi seperti : ADA Band, AIR, Tere, dan Audy.

Adnil yang merupakan anak ke-11 dari 11 bersaudara ini, memiliki cita-cita ‘ingin menjadi gitaris terasyik dunia-akhirat’. Cowok yang memiliki nama lengkap Adnil Faisal ini, memilih Eet Syahrani dan Nuno Bettencourt (ex Extreme) sebagai gitaris idolanya. Sedangkan, musisi idolanya sendiri adalah Dave Matthews, Phill Collins, dan Fariz RM.

3. Didiet – guitarist
Pria berdarah Bugis dengan nama asli Achmad Farid (namun, ia lebih dikenal dengan nama Didiet Saad) ini, awalnya bercita-cita ingin menjadi seorang pilot. Namun, jalan karirnya mengarah ke dunia musik. Didiet pun bergabung dengan Plastik Band.

Setelah Plastik bubar, gitaris kelahiran Jakarta, 11 Maret 1973 ini kerap menjadi produser berbagai rekaman pop maupun rock. Selain itu, ia juga aktif mendukung beberapa musisi, seperti : Melly Goeslaw dan Syaharani. Namun, ketika diajak bergabung dengan ‘eVo’, Didiet merasa excited. Menurutnya, ‘eVo’ bukan grup sembarangan.

4. Erwin – bassist
Erwin Prasetya adalah mantan salah satu pendiri Dewa 19 dan pernah menghasilkan 7 album bersama band tersebut. Selepas dari Dewa 19, Erwin bergabung dengan KLa Project dan NuKLa. Selain itu, Erwin juga dikenal sebagai arranger sekaligus produser musik. Ia pernah menjadi arranger untuk lagu ‘Misteri Ilahi’ (Ari Lasso) dan produser untuk beberapa artis baru.

Pria kelahiran Surabaya, 29 Januari 1972, saat ditanya pendapatnya mengenai ‘eVo’, ia hanya menjawab, optimis dengan terbentuknya ‘eVo’. ”Gue optimis ‘eVo’ akan jadi, bukan karena kami hebat. Tetapi, karena kami tidak ingin gagal lagi,” tutur Erwin.

5. Ronald – drummer .
Sebelum bergabung dengan ‘eVo’, Ronald baru saja selesai membantu ADA Band untuk mengisi sound drumnya. Lajang kelahiran Jakarta, 19 September 1971 ini, memulai karirnya sejak tahun 1992 lewat KLa Project. Dilanjutkan dengan Dewa 19 pada tahun 1993.

Pada tahun 1994 hingga 1997, Ronald bersama Armand Maulana, Dewa Budjana dan kawan-kawan membentuk GIGI hingga berhasil merilis 3 album. Setelah keluar dari GIGI, pria yang mengidolakan Jeff Porcaro, Sting, Jimmy Mannopo dan Erwin Gutawa ini, bergabung dalam DR.PM dari tahun 1998 hingga 2000. Bagi Ronald maupun Erwin Prasetya, ‘eVo’ seperti layaknya sebuah reuni.

6. Angga – keyboardist + synthesizer.
Cowok bernama lengkap Angga Tarmizi ini, memiliki peran penting dalam membuat sampling lagu-lagu ‘eVo’. Inspirasinya biasa diperoleh lewat film atau musik favoritnya, yaitu progressive-rock, electro-music dan jazz fusion. Sebelumnya, pria kelahiran Jakarta, 25 Juli 1979 ini, pernah tinggal di Boston, USA dan mengenyam pendidikan S1 di Berklee College of Music. Setelah lulus, cowok yang mengidolakan Sting, Dream Theatre, Incubus, Miles Davis, Led Zeppelin dan Red Hot Chili Pepper ini sempat juga, menjadi dosen di 2 sekolah musik di sana.

Di Amerika, ia memiliki sebuah band bernama Venus Bullet (yang personilnya terdiri dari multi-ras). Drummernya dari New York (AS), vokalisnya imigran Polandia, bassistnya dari Kuala Lumpur (Malaysia). Angga pun rela meninggalkan AS, lepas dari band Venus Bullet dan berhenti mengajar musik, demi merealisasikan cita-citanya bersama ‘eVo’. “Saya yakin ‘eVo’ bakal menjadi grup rock papan atas di Indonesia!” sahutnya mantap.

0 komentar:

Posting Komentar

 
music selebritis | TNB Tested by Blogger Templates